Jumat, 19 Februari 2010

Asteroid
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Asteroid, pernah disebut sebagai planet minor atau planetoid, adalah benda berukuran lebih kecil daripada planet, tetapi lebih besar daripada meteoroid, umumnya terdapat di bagian dalam Tata Surya (lebih dalam dari orbit planet Neptunus). Asteroid berbeda dengan komet dari penampakan visualnya. Komet menampakkan koma ("ekor") sementara asteroid tidak.
[sunting] Asteroid dalam sistem tatasurya

Sabuk asteroid (titik-titik putih).

253 Mathilde, Asteroid tipe C.

Dari kiri ke kanan: 4 Vesta, 1 Ceres, Bulan.
Asteroid pertama yang ditemukan adalah 1 Ceres, yang ditemukan pada tahun 1801 oleh Giuseppe Piazzi. Kala itu, asteroid disebut sebagai planetoid.
Sudah sebanyak ratusan ribu asteroid di dalam tatasurya kita diketemukan, dan kini penemuan baru itu rata-rata sebanyak 5000 buah per bulannya. Pada 27 Agustus, 2006, dari total 339.376 planet kecil yang terdaftar, 136.563 di antaranya memiliki orbit yang cukup dikenal sehingga bisa diberi nomor resmi yang permanen. Di antara planet-planet tersebut, 13.350[1] memiliki nama resmi (trivia: kira-kira 650 di antara nama ini memerlukan tanda pengenal). Nomor terbawah tetapi berupa planet kecil tak bernama yaitu (3360) 1981 VA; planet kecil yang dinamai dengan nomor teratas (kecuali planet katai 136199 Eris serta 134340 Pluto) yaitu 129342 Ependes [2].
Kini diperkirakan bahwa asteroid yang berdiameter lebih dari 1 km dalam sistem tatasurya tatasurya berjumlah total antara 1.1 hingga 1.9 juta[3]. Astéroid terluas dapam sistem tatasurya sebelah dalam yaitu 1 Ceres, dengan diameter 900-1000 km. Dua asteroid sabuk sistem tatasurya sebelah dalam yaitu 2 Pallas dan 4 Vesta; keduanya memiliki diameter ~500 km. Vesta merupakan asteroid sabuk paling utama yang kadang-kadnag terlihat oleh mata telanjang (pada beberapa kejadian yang cukup jarang, asteroid yang dekat dengan bumi dapat terlihat tanpa bantuan teknis; lihat 99942 Apophis).
Massa seluruh asteroid Sabuk Utama diperkirakan sekitar 3.0-3.6×1021 kg[4][5], atau kurang lebih 4% dari massa bulan. Dari kesemuanya ini, 1 Ceres bermassa 0.95×1021 kg, 32% dari totalnya. Kemudian asteroid terpadat, 4 Vesta (9%), 2 Pallas (7%), dan 10 Hygiea (3%), menjadikan perkiraan ini menjadi 51%; tiga seterusnya, 511 Davida (1.2%), 704 Interamnia (1.0%), dan 3 Juno (0.9%), hanya menambah 3% dari massa totalna. Jumlah asteroid berikutnya bertambah secara eksponensial walaupun massa masing-masing turun. Dikatakan bahwa asteroid ida juga memiliki sebuah satelit yang bernama Dactyl.
[sunting] Lihat pula
Daftar asteroid terkenal pada Sistem Tatasurya kita, atau Daftar asteroid berdasar urutannya.
Komet
Proyek NEO

Jumat, 05 Februari 2010

ku cinta kamu, Dik.Sungguh! Biar disambar geledek, biar ditabrak kereta api, biar dicabik-cabik anjing, kalau aku berdusta padamu. Percayalah, aku tak akan mundur selangkah pun. Maju terus, pantang mundur. Aku juga tidak perduli pergunjingan orang. Dikatakan edan-lah. Dikatakan pesakitan-lah. Dikatakan korban peradaban-lah. Pokoknya aku sama sekali tak perduli! Kata orang Jawa, tresno jalaran soko kulino. Cinta karena biasa bertemu. Memang benar adanya. Pengalamanku membuktikan itu. Saat kau datang pertama kali ke rumah ini sore-sore diantar oleh Harry, aku acuh-acuh saja. Mendekat pun tidak, apalagi menyapa. Malamnya, aku asyik bercinta dengan buku di ranjang. Sama sekali tak menoleh ke arahmu yang duduk di sudut kamar. Sampai aku tertidur pulas. Dan ketika bangun, aku hanya menoleh ke arahmu sejenak, langsung ke kamar mandi yang ada di kamar ini. Seusai mandi, dengan telanjang bulat seperti hari-hari sebelumnya, aku mengambil pakaian di lemari, memakainya, mengenakannya, bercermin, menyemprotkan parfum, sama sekali tak menghiraukanmu. Lantas berangkat ke kantor. Pulangnya, aku hanya melirikmu sejenak. Setelah itu, kejadiannya seperti hari kemarin. Tiga hari, lima hari,...tujuh hari. Hari-hari setelah itu ku kira tidak bisa dikatakan melirik lagi, melainkan telah menatap dirimu, meski tak terlampau lama, tapi sering. Agenda bacaku sebelum tidur mulai terganggu. Pikiran terbelah. Antara buku dan dirimu. Lebih banyak dirimu. Lama-lama, justru buku tak kusentuh lagi. Tiduran di ranjang, mata lekat ke arahmu. Kau masih duduk di kursi sudut kamar. Rambutmu terurai melewati sandaran kursi. Ah, pikiran liar bermain dalam ruang imajinasiku. Ingin kubawa dirimu ke ranjang ini. Keraguan dan ketakutan masih saja menahan keinginan. Kubebaskan saja pikiran liar sampai aku terlelap. Perjalanan berikutnya, seringkali aku melamunkanmu. Berharap muncul keberanian menunaikan tugas yang diamanahkan oleh pikiran liarku. Ini membuat hilang konsentrasi, dan aku coba menepiskannya. Sukar sekali. Hasilnya, beberapa pekerjaanku selesai dengan kualitas rendah sekali sampai atasan berkali-kali menegurku. Malam ketiga belas, aku tak kuat lagi menahan diri. Kudekati kamu, kutatap, lalu tanganmu kugenggam, kubimbing ke ranjangku. Kubaringkan kamu. Kutatap kamu. kukecup keningmu. Kubelai rambutmu. Lalu kujatuhkan kepalaku di dadamu. Berdesir hati ini. Tentram rasanya. Sampai tak terasa aku terlelap sampai pagi. Ketika aku terbangun, aku jadi malu sendiri. Segera bergegas mandi, berpakaian, dan berangkat kerja. Herannya, ada ketentraman sedikit di hatiku. Pulang kerja, kulihat dirimu masih terbaring di ranjangku. Aku dekati kamu, aku cium keningmu. Lalu berbaring di sisimu. Ah, aku jadi pemalas. Biasanya, copot sepatu, ganti pakaian, duduk sebentar menghabiskan satu batang rokok, ke kamar mandi, ambil buku baca sebentar, dan pasti ada lagi yang kukerjakan setelah itu. Tapi kini, aku benar-benar jadi pemalas. Tak perduli dengan bau keringat yang menyengat. Aku berbaring di sisimu, memandang buas, lalu memelukmu dengan erat. Amboi.... Tralala.. la.. la.. La.. la.. la.. la.. la.. amboiiiii.... Hari-hari berikutnya kurasakan kegilaan yang nikmat. Aku mulai berani meraba-raba tubuhmu, membuka kancing-kancing pakaian, mencumbu dengan giat, dan astaga! Tak terbayang sebelumnya, gairah yang memuncak membuat orang hilang pikiran terkecuali melepaskan hasrat yang ada. Terjadilah. Terjadilah, yang kusadari setelah terjadi. Membuatku tercenung. Memandang tubuh bugilmu. Pakaian kita telah berserakan di lantai. Aku tak tahu harus bersikap bagaimana? Mengutuki diri? Mengutuki kamu? Terus-terang, ini pengalaman pertama. Perjakaku hilang sudah. Tiada lagi yang dapat kubanggakan di hadapan teman-teman. Selama ini, aku jadi bahan olok-olokan mereka karena dianggap pengecut. Olok-olok yang sesungguhnya kuterima dengan kebanggaan. Siapa yang mampu mempertahankankeperjakaannya sebelum memasuki dunia perkawinan pada masa sekarang ini? Oh, hilang sudah..... Sejak kejadian itu, perlahan mulai muncul perhatianku padamu. Kubeli beberapa pakaian yang pantas buatmu. Pakaian yang akan aku kenakan ke tubuhmu dan kulepaskan kembali setiap muncul hasratku. Oh, dunia gila, berputar-putar di kepala. Membuatku gila aja! Bayang-bayangmu terus mengikuti langkahku. Dalam kerja, bayanganmu tanpa permisi menyeruduk ke otak mengusir. Kali ini bayangmu tidak begitu mengganggu. Justru mendorong kerjaku semakin giat. Agar cepat selesai, agar ada waktu luang yang cukup untuk istirahat biar sampai di rumah tidak begitu lusuh bagai orang kehilangan gairah hidup. Aku tidak mau terlihat begitu di hadapanmu. Percayakah kau, Dik dengan perkataanku ini? Tidak? Ah, enggak mungkin. Seandainya saja kamu bicara. Aku cinta kamu, Dik. Aku cinta kamu. Cinta banget deh. I love you very-very-super very much. Aku tresna karo kowe. Tenan iki, Dik. Kok Ora percaya? Aku merasa jadi lelaki. ***** "Aku cinta kamu, Dik," kuucapkan kata-kata itu setengah berbisik di sebuah restaurant tengah kota. Berbisik pelan. Dengan nada teramat mesra. Tiada jawaban membuatku gemetaran. Ah, kenapa, ya? "Benar, Dik. Aku cinta kamu," kuulangi lagi dengan nada lebih mesra tanpa mengurangi rasa keseriusan dari hati yang terdalam. Jawaban belum tiada juga. Tanganku menggenggam tangan mungil, jariku iseng bermain, terasa tiada penolakan. Ah. Hanya tunggu waktu. Perempuan biasanya begitu. "Aku cinta kamu, Dik. Kamu bagaimana?" untuk ketiga kalinya kukatakan itu. Wajah di depanku menunduk. "Kau menolak? Kalau menolak, ya sudah,". Kepala itu menggeleng. "Kamu mau menerima?" kepalanya diam. Agak kecewa juga aku. Tadi menggeleng, seharusnya kan sekarang mengangguk. Kok tidak, sih. Aku mengambil nafas panjang. Menghela perlahan. Aku terasa mau bersorak riang. Kepala di depanku mengangguk. Tidak salah penglihatanku. Tidak salah penglihatanku! Tidak salah? "Aku cinta kamu, Dik," kata-kata itu hampir tak pernah terlupa kuucapkan setiap senja, di mana saja kami bertemu. Tapi maafkan aku, bila kata ini bukan untukmu. Tapi kepada Ina seorang pegawai kantor sebrang jalan yang kukenal belum lama. Maafkan aku, ya dik. Sorry, meski kau masih boleh tidur di ranjangku, aku tak akan mengganggumu lagi setiap malam. Meraba pun tidak. Kini yang terbayang-bayang di kepala adalah wajah Ina. Tampaknya kami akan serius menjalani percintaan ini. Maaf, ya, Dik. Maaf, lagi, lho, Dik. Kalau aku makin serius dengan Ina, terpaksa kamu tidak bisa tinggal di ranjangku lagi. Tapi, aku janji deh tidak akan membiarkanmu terlantar. Setidaknya aku akan beri ruang untukmu di lemari. Tapi, kalau sudah tunangan, maaf, ya, kamu harus segera menyingkir demi kebahagiaanku. Setidaknya dapat kukatakan kepada Harry yang membawamu dulu ke sini untuk membawanya kembali. Entah kemana, biar terserah Harry. Kalau kamu masih di sini, kan bahaya kalau ketahuan Ina. "Aku cinta kamu, Dik Ina," sekarang aku tambahkan nama itu dalam setiap bisikanku. Kalau tidak, aku sering teringat saja dengan guling ajaib itu, yang entah sekarang di mana tempatnya.